Monday, January 5, 2009

Sifat anjing yang boleh menjadi teladan

Bagi kebanyakan orang -terutama muslim-, haiwan yang satu ini dianggap sebagai haiwan yang menakutkan, menjijikkan, kotor dan label-label “teruk” lainnya. Dalam syariat (hukum) Islam sendiri, segala sesuatu yang basah (kullu ruthbin) dan berasal dari tubuh anjing -seperti air liur, kencing, kotoran, hidung dan lain sebagainya- dihukumi sebagai najis mughalladzah (najis berat). Sehingga ketika seseorang terkena olehnya, ia diwajibkan untuk mencucinya dengan 7 kali basuhan dan salah satunya menggunakan tanah. Selain itu, hukum memakannya adalah haram.

Tulisan ini tidak bermaksud membahas mengenai hukum-hukum yang berkaitan dengan anjing. Saya lebih tertarik untuk sedikit mengupas sesuatu yang baik yang terdapat pada haiwan yang dicap sebagai haiwan berkasta rendah lagi najis ini, lalu kemudian mencuba meneladaninya.

meneladani anjing? Yak!, seperti saya katakan di atas, di sebalik label-label negatif dari haiwan ini, ada sifat-sifat baik yang menurut al-Qulyubi dalam kitabnya an-Nawadir patut dijadikan sebagai teladan. Bahkan beliau menambahkan, sekiranya sifat-sifat baik yang melekat pada diri anjing dimiliki oleh manusia, nescaya ia akan sampai pada kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT. Lagi pula, kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari segala sesuatu yang baik. Jangankan anjing yang termasuk haiwan besar, Allah SWT juga memerintahkan kita mengambil pelajaran serta hikmah dari seekor nyamuk atau lalat yang juga “bernasib sama”, iaitu sama-sama dicap menjijikkan, kotor dan pembawa penyakit.

,berikut ini sifat-sifat baik yang ada pada seekor anjing.

Pertama, anjing adalah haiwan yang seringkali merasakan lapar. Hal ini mengingatkan kita pada keadaan orang-orang yang soleh. Orang-orang soleh adalah mereka yang sentiasa rohaninya merasakan lapar akan ”harapan dan rindu untuk diri dan dicintai oleh Allah SWT. Bagi orang-orang soleh, setiap perintah Allah SWT adalah pengenyang lapar rohaninya, dan setiap detik usia adalah waktu untuk bersantap.

Kedua, pada umumnya anjing tidak memiliki tempat tinggal yang mewah di dunia. Anjing tidak pernah meminta diberikan tempat tinggal yang mewah kepada tuannya. Di manapun ia ditempatkan, ia akan dengan senang hati menerimanya. Sama seperti halnya orang yang berpasrah diri (tawakal) kepada Allah SWT. Insan yang bertawakal adalah mereka yang menyerahkan segala urusan hidupnya kepada Allah SWT. Kerananya, di manapun, bagaimanapun dan seperti apapun keadaan dirinya, ia tidak pernah berkeluh kesah kerana kuatnya keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan apa yang dibutuhkan olehnya, bukan apa yang diinginkan.

Ketiga, Anjing adalah haiwan yang biasanya hanya tidur sebentar, seperti orang yang punya kecintaan besar pada Allah (muhibbin). Seorang pecinta Tuhan, lebih banyak menggunakan waktunya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, daripada “membuangnya” berbanding dengan tidur yang berlebihan. Bahkan ketika tidurpun, rohaninya tetap terjaga untuk mengingat Allah.

Keempat, anjing tidak memiliki harta, sebagaimana keadaan orang-orang zuhud atau merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Kelima, anjing tidak akan meninggalkan tuannya sendirian, biarpun tuannya sendiri tidak menghiraukannya, seperti sifat orang-orang yang selalu ingin dekat pada Allah (muridin).

Keenam, anjing rela ditempatkan di mana saja, seperti sifatnya orang-orang tawadlu’.

Ketujuh, anjing rela untuk pergi dari tempat di mana ia diusir ke tempat lainnya, seperti sifatnya orang-orang yang redha kepada kehendak Allah.

Kedelapan, jika seekor anjing dipukul lalu diberi sesuatu. Ia akan kembali dan mengambilnya tanpa merasa dendam, seperti sifat orang-orang yang khusyu’.

Masih banyak sebenarnya sifat-sifat baik yang terdapat pada seekor anjing yang boleh kita jadikan sebagai sebuah tauladan. Tinggal terserah kita saja, mau tidak belajar dari seekor anjing?

Wallaahulmuwaffiq ilaa aqwaamiththoriq.

No comments: